SMA N 1 WATANSOPPENG, BERPRESTASI, BERKREASI, DAN BERBUDAYA
Selamat Datang di Blog SMA N 1 Watansoppeng Kab. Soppeng. Blog ini dibuat untuk lebih mengenalkan SMA N 1 Watansoppeng kepada masyarakat luas agar keberadaan SMA N 1 Watansoppeng sebagai sekolah rintisan sekolah kategori mandiri (RSKM) dapat lebih dikenal. Selain itu, blog ini juga menyajikan berbagai tulisan atau artikel yang ditulis oleh guru-guru SMA N 1 Watansoppeng. SMAN 1 Watansoppeng Smansaku Kebangganku. Tetaplah jaya dalam tantangan. Mari bergabung!
Dalam rangka mengembangkan diri siswa, SMA N 1 Watansoppeng mengadakan beberapa kegiatan pengembangan diri dalam bentuk ekstrakurikuler. Kegiatan ekstrakurikuler tersebut adalah sebagai berikut:
1. Palang Merah Remaja
(PMR)
2. Pramuka
3. Sispala (Siswa Pencinta Alam)
4. Paskibra
5. Seni (Seni Musik,
Seni Rupa, Seni Tari, dan Drum Band)
6. Olahraga (Basket,
Volley, Tenis meja, Bulu tangkis,Beladiri/Karate, dan Atletik)
7. Kelompok Ilmiah
Remaja (KIR)
8. ECC (English
conversation club)
9. Bengkel bahasa
10. PIK Remaja
foto beberapa kegiatan ekskul di SMA N 1 Watansoppeng:
Hal yang ditunggu-tunggu bagi siswa kelas XII di SMA N 1 Watansoppeng adalah penentuan kelulusan. Setelah mengikuti UN 2012/2013, rasa penasaran makin membludak hingga hari ini. Apakah saya lulus, atau ... (akh, berat mengatakannya). Nah, hari penentuan kelulusan pun akan tiba, yakni hari Jumat tanggal 24 Mei 2013. Lalu, bagaimana hasilnya??? Tunggu ya, sabar ....bar...bar...bar....
Guru
sebagai unsur yang terlibat langsung dalam interaksi pembelajaran di sekolah,
hendaknya senantiasa berusaha menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi
dalam menyajikan materi pelajaran di kelas agaranak didik senantiasa memiliki semangat belajar dan selalu termotivasi
untuk belajar di sekolah. Oleh karena itu, pengetahuan guru terhadap berbagai pendekatan belajar atau
metode pembelajaransangat diharapkan
mengalami peningkatan dari hari ke hari, dan bahkan peningkatan itu diharapkan
terjadi setiap saat dan berlanjut dari tahun ke tahun. Di sinilah peran dan
tanggung jawab guru senantiasa dituntut untukmembenahi diri dengan belajar dan terus belajar demi meningkatkan
profesionalitasnya.
Sekarang
ini masih ada anggapan bahwa pengetahuan sebagai perangkat fakta-fakta yang
harus dihafal. Kelas masih berfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan
dan metode ceramah sebagai pilihan utama dalam kegiatan pembelajaran. Untuk mengubah
anggapan itu, diperlukan sebuah metode pembelajaran yang bervariasi agar
kegiatan pembelajaran dapat berlangsung dengan baik dan berhasil.
Berdasarkan
uraian di atas, yang menjadi masalah dalam penulisan ini yaitu apakah yang
dimaksudmetode bervariasi dan bagaimanakah
menggunakan metode bervariasi tersebut dalam kegiatan pembelajaran?
Kata kunci: Metode bervariasi, kegiatan
pembelajaran
B. Metode Bervariasi
Metode bervariasi adalah metode yang digunakan secara
bervariasi dalam kegiatan pembelajaran. Misalnya penggunaan metode ceramah
divariasikan dengan tanya jawab, pemodelan, inkuiri, berkelompok, dan
demonstrasi. Metode-metode tersebut baik digunakan secara bergantian dalam
kegiatan pembelajaran.
Penggunaan
metode secara bervariasi dalam kegiatan pembelajaran dapat menjadikan anak
peserta didik tidak jenuh, aktif, dan memiliki kreativitas belajar. Guru tidak
hanya menceramahi peserta didik tetapi juga berusaha menjadikannya belajar
untuk mengalami sendiri materi pembelajaran yang sedang disajikan. Untuk menjadikan anak
didik mengalami sendiri materi atau bahan pembelajaran yang diberikan, guru
dapat menggunakan strategi contekstual
teaching learning (CTL) yang di dalamnya terdapat bermacam-macam metode
pembelajaran.
CTL adalah strategi pembelajaran yang
berusaha menjadikan siswa belajar sesuai dengan kondisi nyata atau menjadikan
materi pembelajaran sesuai dengan kenyataan yang ada. Melalui strategi CTL,
siswa diharapkan belajar melalui “mengalami” bukan “menghafal”.
C. Menggunakan Metode
Bervariasi dalam Kegiatan Pembelajaran
Untuk menggunakan
metode bervariasi dalam pembelajaran, dapat dipilih strategi pembelajaran yang
disebut contextual teaching learning
(CTL). Menurut Johnson (2002: 25) bahwa sistem CTL merupakan suatu proses
pendidikan yang bertujuan membantu anak didik melihat makna dalam bahan
pelajaran yang mereka pelajari dengan cara menghubungkannya dengan konteks
kehidupanmereka sehari-hari, yaitu dengan
konteks lingkungan pribadinya, sosialnya, dan budayanya.
Pembelajaran CTL menempatkan
anak didik di dalam konteks bermakna yang menghubungkan pengetahuan awal siswa
dengan materi yang sedang dipelajari dan sekaligus memperhatikan faktor
kebutuhan individual anak dan peranan guru.
Selain itu, metode bervariasi dalam kegiatan pembelajaran
dapat dilakukan dengan prinsip:
1.Membentuk kelompok belajar yang
saling tergantung. Peserta didik saling belajar dari sesamanya di dalam
kelompok-kelompok kecil dan belajar bekerja sama dalam tim lebih besar (kelas).
Jadi, anak diharapkan untuk berperan aktif.
2.Menyediakan lingkungan yang
mendukung pembelajaran mandiri. Lingkungan yang mendukung pembelajaran mandiri.
3.Memperhatikan multi-intelegensi
peserta didik. Dalam melayani anak di kelas, guru harus memadukan berbagai
strategi pendekatan pembelajaran kontekstual sehingga pengajaran akan efektif
bagi anak dengan berbagai intelegensinya itu.
4.Menggunakan teknik-teknik
bertanya untuk meningkatkan pembelajaran anak, perkembangan pemecahan, dan
keterampilan berpikir tingkat tinggi.
5.Menerapkan penilaian autentik (authentic
assessment). Penilaian autentik mengevaluasi penerapan pengetahuan dan
berpikir kompleks seorang anak, daripadahanya sekedar hafalan informasi aktual.
D. Kesimpulan dan Saran
Berdasarkan beberapa uraian yang dikemukakan di
atas dapat disimpulkan bahwa metode bervariasi adalah metode yang digunakan secara bervariasi dalam
kegiatan pembelajaran. Untuk menggunakan metode
bervariasi dalam pembelajaran, dapat dipilih strategi contextual teaching learning (CTL).Beberapa metode
pembelajaran yang dapat digunakan secara bervariasi di antaranya : (1) bertanya
(Questioning), (2) menemukan (Inquiry), (3) masyarakat belajar (Learning Community), (4) pemodelan (Modeling), dan (5) refleksi (Reflection).
Berdasarkan kesimpulan
di atas maka disarankan kepada rekan-rekan guru agar senantiasa menggunakan
metode yang bervariasi pada saat melaksanakan kegiatan pembelajaran. Hal ini
demi mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang lebih menarik, menyenangkan, dan
meningkatkan motivasi anak didik dalam mengikuti kegiatan pembelajaran di
kelas.
Hari
itu, Senin, 29 Oktober 2012. Sekolahku, SMA N 1 Watansoppeng, tetap berdiri
tegar di sudut jalanSamudra sebelum
membelok ke kanan jalan kesatria, atau ke kiri jalan Kayangan. Melewati pintu
gerbang usang karena tergerus cuaca yang kadang panas kadang dingin dengan
serbuan hujan tiba-tiba, dua guru berjenis kelamin perempuan dengan pakaian
yang berbeda, satu berpakaian warna hijau atau yang biasa akrab disebut pakaian
hansip (pertahanan sipil) dan satu lagi berpakaian seragam korpri (korps
pegawai republik Indonesia) berwarna biru muda dengan motif garuda pancasila
dan bunga melati, berdiri tegak menyambut siswa yang datang sambil mengulurkan
tangan berjabat tangan.
Menurut
daftar petugas yang tertempel di kaca kuseng ruangan tata usaha, guru yang
bertugas menyambut siswa dengan simbol 3 S (salam, senyum, sapa) pagi itu ada
lima guru. Namun, entah mengapa, yang berdiri hanya dua orang guru. Mungkin hal
inilah yang menjadikan wajah sekolahku berkerut hari ini.
Matahari
terus mendaki dinding-dinding cakrawala dan waktu pun berjalan meninggalkan kerutan-kerutan
kesedihan di wajah sekolahku. Tibalah saatnya upacara bendera dimulai. Para
siswa memasuki lapangan upacara bersama petugas upacara yang siap melaksanakan
tugasnya. Saat protokol mulai membaca susunan acara upacara bendera, terlihat
para guru dan staf tata usaha berdiri di teras ruangan guru. Meskipun upacara
hari ini berbeda dengan hari-hari sebelumnya karena hari ini semua guru dan
staf tata usaha peserta upacara di haruskan menandatangani daftar hadir, namun
guru dan staf tata usaha yang ikut upacara tetap tidak mencapai angka 70% dari
jumlah guru yang64 orang ditambah staf
tata usaha sebanyak 5 orang. Kali ini, wajah sekolahku tambah berkerut.
Selesai
upacara bendera, bel sekolah pun berteriak “ jam pelajaran pertama selesai, jam
kedua dimulai”. Artinya, siswa diharapkan masuk kelas menunggu guru yang akan
mengajar padajam pelajaran kedua dan
ketiga. Para guru yang memiliki tugas mengajar pada jam kedua pun segera masuk
kelas. Akan tetapi, siswa kelas X 4 hari ini tidak belajar. Menurut jadwal
pelajaran yang terpampang di ruangan kurikulum, hari itu kelas X 4 belajar
fisika mulai jam kedua hingga jam keempat.Namun, karena guru yang bertugas
untuk mata pelajaran tersebut sakit dan guru yang menjadi team teachingnya atau mitra kerjanya juga tidak hadir, jadilah
kelas X 4 mendapat bonus waktu untuk tidak belajar. Kali ini wajah sekolahku pun
semakin berkerut.
Sungguh kasihan sekolahku. Diusianya
yang menginjak 51 tahun, ia harus memikul dua sisi yang kian berat. Di satu
sisi ia harus mencerdaskan generasi muda penerus perjuangan bangsa, menciptakan
insan-insan intelektual yang akan melanjutkan pembangunan bangsa ini, dan
menjadi pilar utama peningkatan mutu pendidikan di daerah ini, di sisi lain ia
harus berjuang melawan penyakit yang menggerogoti nuraninya. Berbagai virus
dengan karakter yang berbeda kian hari kian kuat menggigit dinding-dinding
nurani tersebut. Bagaimanakah cara mengobati virus tersebut? Tuhan...
berikanlah petunjuk-Mu.